Jumat, 08 April 2016

I LEFT MY HEART IN CAPE TOWN (part 2..)

I LEFT MY HEART IN CAPE TOWN (part 2..)



It was day 3 in Cape Town.
Kenapa ya kalau lagi liburan gini hari rasanya cepet banget berlalu? Masih banyak rasanya tempat2 yang bisa dikunjungin. Dan 3 hari plus sehari perjalanan kayaknya kurang cukup untuk datengin tempat-tempat bagus di Cape Town ini.
Dari pagi kita udah jalan lagi. Sambil ke tempat yang mau kita datengin, lagi2 kita lewatin Table Mountain untuk liat apa hariitu cable car nya sudah bisa beroperasi. Tetapi ternyata dari main entrance aja udah ada sign “Mountain : CLOSED“ hihi.. selamat!! Akhirnya perjalanan kita langsung menuju Chapman’s Peak, dimana kita dari pinggir jalan di gunung, bisa lihat pemandangan laut Samudera Pasifik dari atas. Subhanallah bagusnyaaaaa!! Totally speechless. Bagusssss banget. Bener2 berasa kalau ciptaan Allah itu adalah yang paling sempurna. Indah banget!!!










Lanjut setelah saya mulai mual karena jalanan digunung itu belok-belok, we decided to have lunch at Vietnamese Restaurant, SAIGON. Turned out , this restaurant is one of the best Asian Cuisine in Cape Town, awarded from Travel Advisory. The food was great and of course we ate the famous dish from Vietnam, Pho Noodle. Together with the very big bowl of noodle soup, we also ordered sushi (which is for me of course!!) and tempura. It was such a big lunch for a big tummies, hahaha..






 

To continue our trip when tummy was full, we went to Canal Walk for shopping. Yeaaaaay another mall to visit!! I’m in my happy place once again. Mall ini juga besar dan banyak brand2 yang tentunya ga ada di Namibia, walaupun sih masih kalah kalau saya bilang sama gedenya mall di Jakarta. Sekitar 2 jam muter2in mall, beli oleh2 dan beliin Smilla banyak buku, kita lanjut ke Water Front. 

Water Front. Suka banget sama tempat ini. Pas kita kesana lagi dingin banget cuacanya. Seneng nya adalah tempat2 kayak gini yang saya suka kalau ada di luar negeri. Outdoor, dan banyak yang bisa diliat, ataupun cuma sekedar jalan-jalan dan duduk2 santai. This place reminds me of Sydney Harbour and surrounds, also Manchester City Centre. Kalau dulu kesempatan jalan-jalannya sama orangtua dan kakak adik, pernah juga sendiri dan temen2 waktu sekolah, tanpa disangka kalau rejeki nya sekarang adalah dengan suami dan anak. Alhamdulillah .
 
Tempat pertama yang didatengin disini adalah bawa Smilla liat ikan-ikan di Two Oceans Aquarium. Sebenernya aquarium ini tutup jam 6, dan kita sampai disana jam 6 pas. Sempet kecewa karena ya ga bisa masuk lagi, Cuma bisa liat aquarium yang ada ga jauh dari main entrance nya, tapi dasar si suami yang jago ngomong ya, entah ngomong apa dia sama penjaga nya, eeeh tau2 kita boleh masuk liat aquarium yang banyak shark nya sama ke aquarium yang kecil2. Hehe Ahamdulillah walaupun cuma sebentar banget tapi bisa Smilla seneng banget dan she also had a chance to take a picture inside nemo aquarium. Setelah itu sampai sunset, kita sempet liat Sea Seal yang ada di pinggir dermaga dan jalan-jalan di sepanjang dermaga sambil Smilla main di playground nya. Karena udah capek seharian, udah ga ada tenaga buat ke restoran makan malam lagi, jadi kita cuma take away KFC trus makan di apartement.













Last Day then back to Windhoek.

      Akhirnya sampai deh di hari terakhir di Cape Town. Belum puas rasanya dan masih kepengen jalan-jalan, nyobain tempat makan nya dan tentunya lebih lama lagi jalan-jalan di mall nya.
Kita check out jam 9.30 pagi, dan sebelum pulang, dari malam saya udah minta sama suami untuk mampir ke Factory Outlet yang disaranin salah satu temen disini, Mba Dyah. Namanya Access Park di daerah Kenilworth. Hahahaa.. this is my third time in my happy place. Banyak banget disini toko-toko/outlet dari brand2 bagus. Walaupun ga belanja banyak juga, tapi seneng aja kita bertiga bisa beli sesuatu yang emang dicari udah lama. Kurang lebih sekitar 2 jam kita ada di Access Park ini. Sebelum pulang kita sempet makan untuk yang ke 3 kali nya juga di restoran masakan Thailand, Simply Asia (I will say on prayer from now that Simply Asia will open have their franchise her in Windhoek one day!). Then began our trip back to Windhoek at 2 am, arrived at border about 9 hours later, we arrived in Windhoek the next day at 11 am. It was a bit harder and rough trip since my hubby was not in very well and fitted condition. We stopped few times for about 2 hours just to let him took a rest before continue driving. But Alhamdulillah we safely reached home with so-tired-but-happy-feeling-and-faces not to mention also with a pile of dirty laundry,hahaha…

*it was a great holiday. Only 4 days but for me especially, it was enough to recharge and refresh my mind and body. Also it gave us more valuable time to spend together and more realize how grateful we are now to have such a blessed and wonderful life here in Africa. And one thing, thank you Papa for the trip and great holiday. I know you will always know how to make your loved ones happy. I love you

Salam,

Riri Rizni

     

I LEFT MY HEART IN CAPE TOWN



A road trip to South Africa..
Alhamdulillah karena ada kesempatan libur tanggal merah selama 4 hari di Afrika, saya suami dan Smilla punya waktu sebentar untuk pergi liburan. Dan kali ini suami ngajak jalan-jalan ke kota yang ada di luar Namibia, yaitu Cape Town di Afrika Selatan.
Liburan kali ini beda. Karena pertama kali saya harus siap-siap diperjalanan yang akan ditempuh selama kurang lebih 15jam pakai mobil. Kenapa ga naik pesawat?? Mahal jawabannya,hehe.. untuk 3 orang tiket pp Windhoek- Capetown bisa dapat 1 tiket PP dari Windhoek – Jakarta. Selain itu juga pengen aja coba pengalaman baru melakukan road trip ke beda negara.
Kita berangkat dari Windhoek jam 8 malam. Langsung menuju selatan Namibia sampai terus di perbatasan antara Namibia dan Afrika Selatan, dan tiba diperbatasan sekitar jam 4 subuh. Lalu perjalanan dilanjutkan menuju kota yang namanya Spring Bok, dan disana kita istirahat dulu selama 1 jam. Perjalanan masih panjang, masih ada sekitar 8 jam lagi untuk sampai di Cape Town. Dan Alhamdulillah akhirnya kita sampai di pusat kota nya sekitar jam 2 siang. Setelah makan siang, jalan2 sebentar liat kota nya terus langsung menuju apartement dan karena suami yang kelelahan nyetir semalaman, kita memutuskan untuk stay di apartement dan baru jalan-jalan lagi besok hari nya.






I LEFT MY HEART IN CAPE TOWN (part 1..)
Cape Town ini adalah salah satu kota di Afrika Selatan yang memang adalah kota tujuan wisata. Jadi memang kesan pertama yang saya dapat begitu sampai di CT adalah “oooh this is so me!”” hahaha… much much different than the city I currently live, Windhoek. Kota nya lebih “hidup”, banyak tempat yang bisa dijadikan tujuan jalan-jalan, banyak mall dan orang-orang nya juga ramah. Dan 1 hal lagi adalah, di CT dengan saya yang berhijab, bener2 tidak merasa asing dan minoritas, karena disana banyak muslimah berhijab dan bahkan ada daerah khusus / pemukiman muslim namanya Boo-kap.
Dari pagi kita sudah keluar dari hotel, dan langsung menuju tempat wisata yang letaknya ga jauh dari apartement kita di daerah Sea Point, yaitu Table Mountain. Seneng banget akhirnya bisa kesana karena udah sering denger cerita dan liat diinternet tentang tempat ini. Gunung nya beda dari kebanyakan gunung di Indonesia. Gunung nya lebih berbentuk kotak dan ga banyak poho-pohon. Disana udara nya dingin banget, plus angin dan kabut. Sayang nya karena cuaca ga bagus, kita ga bisa naik sampai ke puncak gunungnya pakai Cable Car. Suami sih yang aga kecewa karena dia semangat banget mau naik, while I secretly relieved knowing that they were closed due to bad weather. Hehehe bukannya apa2, saya udah pernah beberapa kali naik cable car sebelumnya, tapi entah kenapa liat cable car di Table Mountain ini deg2an aja bawannya. Takut pas tau ada rencana mau naik keatas nya. Buat saya Cuma dibawah nya aja dan foto-foto udah happy banget.











Perjalanan trus lanjut ke luar kota sedikit. Kita jalan-jalan ke kota Stellenbosch, dimana kota ini pusatnya perkebunan anggur, makanya disini banyak Vineyard dan banyak juga untuk wine tasting. Tapi karena kita ya ga minum wine, jadi cuma liat2 aja dan nungguin Smilla main2 sebentar di playground nya. Setelah selesai di vineyard, kita lalu makan siang di kota yang ga jauh namanya Franschhoek. We then had lunch at Italian restaurant Col’Cacchio Pizzeria, which so far was the best Italian food I have ever tasted. As a bonus, the small city where the restaurant at was very nice and peaceful, lots of store along the pavement and restaurant just to chill and relax. 










Then to one of my favorite place. We went to see penguins!!! It was for Smilla actually. To eventually introduce her to see one of the animals that she often mentioned. Namanya Boulders Beach Penguin Sactuary – Table Mountain National Park, yang ada di kota namanya Simon’s Town. Saya juga baru tahu kalau ternyata penguin pun tidak hanya hidup ini daerah yang bersalju, tetapi bisa juga dan membentuk colony di daerah laut dan tepi pantai nya. Walaupun kota nya lumayan jauh dan sempet nyasar, tapi begitu sampai dan kita bener2 liat ratusan penguin yang hidup di pinggir laut, semua nya kebayar. Termasuk harus jalan kaki lumayan jauh sampai bisa liat penguin nya di pantai, plus angin kenceng, hujan rintik dan dingin. Kita ada di tempat penguin ini sampai tutup dan akhirnya harus lari2 ke mobil karena tiba2 hujan deras. But the experience was all worth it and would like to come back again one day.














Dan perjalanan hari ke 2 yang cukup bikin capek berakhir di salah satu mall di CT, yaitu Victoria Wharf. Happy banget saya disini. Karena di mall ini ketemu lagi sama Zara, Forever 21, Khiel, Fossil, HnM dll.. hahaha harap maklum. Di Namibia ga ada soalnya, jadi beneran happy bgt ketemu toko2 kesukaan di mall ini. Sayang karena udah malam dan Smilla juga udah kecapekan, jadi ga begitu lama2 jalan disini.

** cerita hari berikutnya di Cape Town lanjut di postingan berikutnya yaaaa….

Salam,

Riri Rizni









I am a mother and I am proud to be as one …



Masih banyak diluar sana yang berpendapat bahwa jika seorang wanita memutuskan untuk hanya menjadi seorang ibu rumah tangga maka tidak perlu bagi nya memiliki gelar pendidikan yang tinggi. Bahkan ada pula yang berpendapat kalau sudah punya gelar sarjana misalnya, maka akan sangat disayangkan kalau “ujung-ujungnya” hanya kerja dirumah mengurus keluarga.

Stigma/pemikiran itu sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Hanya saja masih perlu diluruskan untuk bisa lebih menghargai pilihan masing-masing. Hidup adalah sebuah pilihan bukan?dan apa yang akan terjadi kedepan adalah selalu sebuah misteri.

Saya adalah lulusan sarjana Psikologi, dari Universitas swasta yang cukup dikenal di Jakarta. Dan pun sempat sekolah bahasa (walaupun hanya beberapa bulan) di Manchester, Inggris. Saya bangga dan bersyukur bisa berkesempatan pada waktu itu untuk menjalani apa yang saya mau. Memiliki orang tua yang sangat mendukung keinginan anaknya untuk belajar dan sekolah, serta dukungan materi pun yang seperti selalu tersedia untuk saya, memenuhi apa yang saya mau.

Waktu berjalan sampai akhirnya selesai lah semua program pendidikan yang saya mau. Tapi takdir siapa yang tau. Selesai saya sekolah di Inggris, yang ketika itu masih menjadi pacar saya, sudah menunggu kepulangan saya di tanah air dan langsung meminta saya untuk menjadi istrinya. Singkat cerita, kami menikah, saya lantas menjadi istri dan kemudian langsung dipercaya oleh Allah untuk menjadi seorang ibu.

Lalu pertanyaannya. Buat apa lantas gelar dan bekal pendidikan yang saya punya?? Saya pun begitu punya anak, ya saya urus anak saya sendiri. 24 hours, 7 days a week, 30 days a month. Tanpa diminta oleh suami, oleh siapapun, saya telah menjadi a full time mother yang “kantor” nya ya dirumah.  Saya bersyukur punya suami yang tidak dengan egosinya meminta saya untuk hanya dirumah saja. Tidak pernah menuntut saya untuk hanya diam mengurus anak dan suami, tanpa dikasih kesempatan untuk melihat lagi dunia luar. Pun tidak menuntut saya untuk ikut mencari nafkah demi kelangsungan keluarga kecil kami, membantu suami yang kala itu pun masih meniti karir nya. Dengan kesadaran saya sendiri, saya tahu peran saya adalah dirumah mengurus keluarga, mengurus anak dan menanti suami dirumah yang pergi kerja pagi hari dan pulang kerja malam harinya.

Tetapi kemudian ada suatu waktu ketika saya totally tidak melakukan apapun dalam keseharian. Hanya menjadi ibu rumah tangga yang ikut dalam organisasi (itupun tidak selalu ada agenda nya), dan tidak berbisnis apa2 seperti sebelumnya. Jenuh jelas. Bosan ya jangan ditanya. Apalagi tinggal di negara orang yang tidak sebebas di negara sendiri. Tapi bukan itu persoalannya.

Yang bikin hati terusik adalah ketika mendengar perkataan, atau membaca sesuatu di media sosial misalnya, yang mengatakan bahwa betapa ruginya pendidikan tinggi tapi pada akhirnya hanya dirumah, ngurusin kerjaan rumah dan urus suami dan anak. Apa bedanya sama asisten rumah tangga???

At first, it broke my heart. I will never accept those kind of statement towards me. Tapi sekarang saya justru punya jawabannya. Bukan lantas jadi sedih dan membenarkan apa yang ada dipikiran mereka. Kali ini, saya justru bangga dengan diri saya sendiri. Saya memang seorang ibu rumah tangga.  Yess full time!. Saya yang mengurus anak sendiri, especially when her daddy is at work, of course. Tapi coba saya kembali bertanya. Apakah kemudian ada rasa bangga, kalau sebagai ibu yang hanya mengurus anak tapi dibelakang namanya terselip gelar yang tidak semua orang juga bisa punya?

Mengurus anak jelas beda dengan mengurus rumah. Rumah dan isinya adalah benda mati. Sedangkan anak adalah manusia, makhluk yang hidup dan berkembang. Butuh ilmu, butuh pengetahuan, butuh untuk terus belajar dalam mengurusnya dan membesarkannya. Ilmu yang didapat di masa lalu tidak akan pernah sia-sia. Semua pasti akan ada manfaat nya, kapan pun, dimanapun. Tinggal bagaimana kita yang telah dibekali tahu bagaimana cara menggunakannya, memanfaatkannya dan menerapkannya dalam mendidik si anak manusia tadi.






Saya yakin, ilmu yang saya dapat dulu akan sangat berguna dalam mendidik anak saya. Akan sangat berguna dalam saya menghadapi karakter dan perilakuknya, yang terkadang adalah merupakan hal yang mengejutkan bagi saya. Saya harus siap menghadapinya. Disini lah ilmu yang saya dapat kemudian menjadi bermanfaat. Pun ini menjadi kesempatan saya untuk bisa belajar kembali, karena tidak jarang saya kemudian membuka diktat kuliah dulu, atau kalau mau praktis kemudian saya browsing di internet bagaimana menghadapi perilaku seorang anak yang terus berubah mengikuti perkembangan usianya.

Saya bangga dengan posisi sekarang. Saya adalah ibu rumah tangga dengan 1 anak yang usianya 4 tahun. Saya ibu rumah tangga dengan gelar sarjana dibelakang nama saya. Tidak pernah saya merasa rugi atau merasa bersalah dengan orang tua saya yang sudah menyekolahkan saya but end up to be just being a mother and stay home. Justru saya akan membuat bangga anak saya karena punya seorang ibu yang sempat merasakan sekolah dengan pendidikan tinggi.

Tidak bermaksud mengucilkan atau menganggap rendah para ibu yang tidak sempat bersekolah tinggi. Balik lagi itu adalah pilihan dan saya pun tidak berniat dan tidak akan menganggap itu adalah hal yang kecil. Menjadi seorang ibu itu adalah hal yang hebat. Tidak ada perjuangan seorang ibu adalah sia-sia. Tulisan ini hanya ungkapan saya ketika saya pernah merasa sedih karena dianggap pendidikan yang saya raih adalaha sia-sia dengan hanya menjadi seorang ibu rumah tangga.

To all mothers out there.. whoever you are, I know you will be the best mother for your children in every way…



Salam, 


Riri Rizni